Home Gaya Hidup

Inilah Tips Dinkes Bojonegoro untuk Jaga Kesehatan Mental Gen Z

by linknews.id - 11 Oktober 2025, 21:12 WIB

BOJONEGORO, LINKNEWS.ID - Kesehatan mental masyarakat, terutama generasi Z, menjadi isu krusial di era digital ini. Gen Z perlu memiliki mental yang kuat untuk meraih cita-cita di masa depan.

Topik kesehatan mental dikupas secara mendalam dalam talkshow SAPA! Malowopati FM edisi Jumat (10/10/2025) dengan tema “Love Your Self, Gen Z Ceria yang Sehat Jiwa.” Talkshow ini diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Komunikasi dan Informatika.

Dalam suasana yang hangat, dua narasumber hadir untuk berbagi wawasan. Mereka adalah drg. Fajar Respati, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bojonegoro, dan dr. Fauzun Nadiya, dokter umum Puskesmas Kalitidu. Keduanya membahas pentingnya menjaga kesehatan mental di era digital, terutama bagi generasi Z yang tumbuh bersama teknologi dan media sosial.

drg. Fajar Respati menekankan bahwa kesehatan jiwa tidak bisa dipisahkan dari kesehatan fisik. “Sehat secara umum tidak akan tercapai jika kita tidak sehat jiwa. Kesehatan mental sangat memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan,” ujarnya.

Menurutnya, kesadaran akan pentingnya kesehatan mental perlu ditanamkan sejak dini. Anak-anak perlu belajar peduli pada diri sendiri agar memiliki empati terhadap lingkungan sekitar. Ia juga menyoroti bahwa generasi Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012, lebih rentan terhadap gangguan mental karena paparan teknologi yang intens.

“Rata-rata mereka bisa mengakses gawai hingga 10 jam per hari. Ini bisa memengaruhi fisik dan mental, menyebabkan stres, kurang percaya diri, hingga meniru perilaku yang tidak baik,” tambahnya.

Sebagai langkah pencegahan, Dinas Kesehatan Bojonegoro terus melakukan edukasi dan fasilitasi, seperti konseling di sekolah, dukungan guru BK, serta posyandu remaja dan program Cek Kesehatan Gratis (CKG).

Berdasarkan Data Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK), di Bojonegoro tercatat sekitar 0,30% masyarakat menunjukkan gejala depresi dan 0,25% mengalami gangguan kecemasan.

dr. Fauzun Nadiya menjelaskan bahwa sehat mental menurut WHO adalah kemampuan seseorang untuk mengelola emosi, menghadapi tekanan hidup, serta tetap produktif dan berkontribusi bagi lingkungannya, bukan berarti tidak pernah merasa sedih atau stres.

“Yang paling sering terjadi pada Gen Z adalah depresi. Gejalanya bisa mulai dari rasa sedih berlebihan, menarik diri dari lingkungan, hingga perasaan tidak berguna. Jika berlanjut, bisa muncul keinginan mengakhiri hidup,” paparnya.

Ia mengingatkan pentingnya diagnosis oleh tenaga ahli, karena gangguan mental tidak bisa ditentukan hanya dari pencarian di internet. Selain itu, dr. Fauzun membagikan beberapa cara menjaga kesehatan mental:

1. Mengenali dan menerima diri sendiri.

2. Mengelola emosi dengan sehat.

3. Membatasi tekanan media sosial.

4. Melakukan detoks digital minimal satu hari dalam seminggu.

Menurutnya, dukungan keluarga sangat penting dalam pemulihan gangguan mental. “Orang dengan gangguan mental benar-benar membutuhkan dukungan dari lingkungan, terutama keluarga. Mereka perlu didampingi, diingatkan untuk rutin minum obat, dan diberikan ruang untuk bercerita,” katanya.

Ia juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam pola asuh (parenting) yang baik, yaitu mengenali karakter anak, membangun komunikasi terbuka, dan mendampingi penggunaan gawai secara bijak.

Menutup talkshow, dr. Fauzun berpesan agar generasi muda tidak mengartikan “kuat” sebagai harus selalu bahagia. “Menjadi kuat bukan berarti selalu tersenyum, tapi mampu berdamai dengan diri sendiri bahkan ketika dunia terasa berat,” tutupnya.

Melalui kegiatan seperti SAPA! Malowopati, Pemkab Bojonegoro berupaya menumbuhkan kesadaran bahwa kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Dukungan lintas sektor, mulai dari keluarga, sekolah, hingga fasilitas kesehatan, menjadi kunci untuk menciptakan Gen Z yang ceria, tangguh, dan sehat jiwa. (KOM)

Reporter: RED

Share :

Popular Post